BREAKING NEWS

Selasa, 28 November 2023

Menghidupkan Anregurutta



27 tahun berlalu sejak Anregurutta sukses menyelesaikan amanah. Menorehkan tinta emas dalam catatan sejarah. Menjadi salah satu pionir termasyhur Nusantara dalam pendidikan juga dakwah. Pulang ke haribaan-Nya mewariskan semerbak karya untuk kita. 

  Anregurutta meninggalkan warisan dan karya tersebut bukan sebatas tuk dikenang dan diceritakan, tapi untuk dilanjutkan. Kini, karya-karya itu telah mengalami banyak revitalisasi (penghidupan kembali). Kitab-kitab diremajakan, karya seni dilestarikan. Begitu pun warisan terbesar beliau, Darud Da’wah wal Irsyad yang terus dijaga dan dikembangkan. 

  Namun tak sebatas itu, upaya menghidupkan Anregurutta juga bisa kita semua lakukan melalui diri masing-masing. Ajaran, karakter, dan prinsip yang membentuk pribadi beliaulah yang hendaknya para santri juga alumni abadikan melalui laku hidup sehari-hari.

 Beliau yang lahir sebagai anak tunggal dari keluarga bangsawan Wajo tidak lantas menjadikannya anak yang manja. Di usia yang masih belia, Ambo Dalle telah ditempa dengan penuh kedisiplinan dan kemandirian. Pagi bersekolah, sore dan malam lanjut mengaji. 

Namun tak hanya itu, Ia juga pribadi yang kreatif dan atletis yang terkenal akan keaktifannya di dunia seni dan olahraga, tidak membatasi diri hanya berkutat dengan kitab dan sekolah. Semasa muda Anregurutta diberi nickname “La Jonga” atau “Si Rusa” oleh kawan-kawannya karena kelincahan dan kecepatannya dalam memainkan sepak bola. Kreatifitas dan jiwa seninya tercermin melalui karangan lagu-lagu dan kasidah islami juga beragam kaligrafi yang Ia lukis, sembari tetap menulis banyak kitab dalam berbagai disiplin ilmu, dari Tauhid, Fikih, hingga Tasawuf. 

Sebagai guru dan dai, beliau dengan tulus lagi ikhlas mengabdikan dirinya demi pendidikan. Salah satunya tergambar ketika hidup berpindah-pindah bersama gerombolan DI/TII di pedalaman Sulawesi Selatan hingga Tenggara delapan tahun lamanya (1955–1963). Selama rentang waktu tersebut, Anregurutta bisa saja keluar meninggalkan hutan dan kembali ke kehidupan nyaman dan aman di kota tapi tidak Ia lakukan karena prihatin akan keadaan banyak masyarakat di sana yang belum tersentuh ajaran agama, lekat dengan animisme-dinamisme.

Tak berhenti sampai di situ, Beliau juga sosok dengan gairah patriot dan semangat kebangsaan yang membara. Anregurutta pernah menggubah lirik Indonesia Raya ke dalam bahasa Jepang untuk mengelabui penjajah Nippon waktu itu yang melarang penggunaan bahasa Indonesia, sehingga masyarakat dan para santri tetap bisa menggaungkan semangat kemerdekaan melalui lagu tersebut. Beliau juga kerap menerima kedatangan para pejuang dan mendoakan mereka sebelum berangkat ke medan laga. 

Dalam politik dan pemerintahan, Anregurutta tidak menutup diri bahkan secara pribadi pernah ikut serta menjadi anggota MPR di masa Orde Baru. Hal itu beliau lakukan semata-mata demi melindungi DDI dan para warganya dari opresi rezim yang gencar menangkap mereka yang dianggap tak sejalan dengan pemerintah saat itu.

Sebagai pribadi yang terbuka dan adaptif beliau tetaplah teguh dan tegas dalam berprinsip, yang salah satunya tergambar saat Ia pernah diasingkan oleh DI/TII karena keras melawan ajaran tanpa mazhab yang digaungkan oleh gerombolan tersebut. Itulah Anregurutta. Pinisi yang berlayar mengikuti arus namun tak hanyut, menghadapi ombak tapi tak karam. Era Feodal, Penjajahan, Kemerdekaan, Orde Lama, hingga Orde Baru beliau lewati dengan gagah namun dinamis.

Sikap, pandangan dan pribadi seperti inilah yang mesti dilestarikan pada diri kita masing-masing sebagai pewaris ajaran Anregurutta. Semangat serta karakter itu yang harus ditunjukkan oleh segenap santri, sehingga melalui kita, Anregurutta Ambo Dalle akan terus hadir dan hidup di manapun kita berada, kini hingga nanti. Abadi.

    Oleh: Alif Asyur Palallo 





Posting Komentar

 
Copyright © 2014 Addariah. Designed by OddThemes