Resume Nadwah
Pemateri : Andi Muhammad Akram Ibrahim
Moderator: Agung Putra Wijaya
Notulis: Azzahra Nur Awalia
1.Keragaman Indonesia
Negara yang ditakdirkan hidup dalam suatu kondisi objektif yang beragam, baik dari segi etnis, bahasa, budaya, dan agama, seharusnya bersyukur karena secara teologi menjadi lokus/bagian pengejawantahan sunatullah. Menolak keragaman berarti menolak sunatullah. Dalam Al-Quran ditegaskan:
ÙˆَÙ„َÙˆْ Ø´َاۤØ¡َ اللّٰÙ‡ُ Ù„َجَعَÙ„َÙƒُÙ…ْ اُÙ…َّØ©ً ÙˆَّاØِدَØ©
"Dan jika Tuhan-Mu menghendaki niscaya ia menjadikan kalian satu umat". (QS. Al-Maidah/5: 48) 21.
Dalam ayat tersebut Allah swt., menggunakan kata/huruf لو (lau) bukannya Ø¥ Ù†ْ (in) atau إذا (idza) Dalam kaidah Tafsir dijelaskan, apabila Allah menggunakan kata lau (jika) maka sesungguhnya kenyataan itu tidak akan pernah mungkin terjadi. Kalau kata in (jika) kemungkinan kenyataan itu bisa terjadi bisa juga tidak, dan kalau kata idza (jika) pasti kenyataan yang digambarkan itu akan terjadi. Masalahnya kamus bahasa Indonesia tidak memiliki kosakata sepadan dengan bahasa Arab, sehingga keseluruhannya diartikan dengan "jika”. Maka dalam hal ini keragaman adalah suatu keniscayaan.[1]
Membangun visi yang sama dalam masyarakat plural seperti Indonesia tentu bukan sesuatu yang mudah. Indonesia adalah suatu bangsa yang dipadati oleh berbagai ikatan primordial sebagai konsekuensi wilayahnya yang luas dan terdiri atas berbagai pulau besar dan kecil dengan keunikan bahasa dan budayanya masingmasing. Belum lagi kompleksitas nilai-nilai berbagai agama dan kepercayaan masih aktif dianut dalam masyarakat. Tarik menarik berbagai nilai di dalamnya, telah, sedang, dan akan terus membayangi bangsa ini.
2. Biografi Paus Fransiskus
Melansir dari berbagai sumber, sebutan Paus di Indonesia untuk pemimpin gereja Katolik karena pengaruh Belanda. Saat zaman kolonial Belanda, para Pasteur menggunakan istilah mereka saat menyebarkan agama di Nusantara. Adapun pemimpin Katolik dalam bahasa Belanda disebut De Paus. Sebutan De Paus kemudian lama-lama disebut dengan Paus oleh masyarakat.
Paus dalam Gereja Vatikan memiliki peran ganda yakni sebagai kepala Negara sekaligus pemimpin tertinggi umat Katolik seluruh dunia. Saat ini diketahui bahwa gelar tertinggi pemimpin umat Katolik di dunia dijabat oleh Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus, SJ (bahasa Latin: Papa Franciscus, bahasa Italia: Papa Francesco; lahir 17 Desember 1936), yang bernama lahir Jorge Mario Bergoglio, adalah Paus Gereja Katolik ke-266 yang terpilih pada hari kedua Konklaf (suatu pertemuan Dewan Kardinal tertutup yang diadakan untuk memilih seorang Paus) Kepausan 2013 pada tanggal 13 Maret 2013.
Paus Fransiskus adalah Imam Yesuit pertama dan orang Amerika Latin keturunan Italia pertama yang terpilih sebagai Paus. Ia juga menjadi Paus non-Eropa pertama dan orang dari Belahan Bumi Selatan pertama sejak Paus Gregorius III dari Suriah wafat pada tahun 741.
3. Dialog Beragama
Dialog antar umat beragama sangat perlu untuk diketahui dan dilaksanakan karena Indonesia merupakan negara dengan banyak agama, budaya, suku, ras maupun bahasa. Perbedaan dalam hal beragama salalu menghiasi kehidupan seharisehari. Maka dari itu perlu adanya dialog supaya perbedaan-perbedaan tersebut tidak menjadi masalah serius yang bisa berdampak buruk terhadap orang lain atau timbul konflik yang mengatasnamakan agama. Pengertian dialog antar umat beragama perlu dipahami secara baik dan benar di kalangan masyarakat umum maupun di kalangan akademisi agar dialog antar umat beragama bisa berjalan dengan lancar dan bisa bermanfaat bagi umat beragama. Tidak seorang pun termasuk rakyat Indonesia menginginkan adanya konflik-konflik yang mengatasnamakan agama apalagi sampai menimbulkan korban. Salah satu tujuan dialog antar umat beragama adalah menghindari hal-hal yang dapat memecah keutuhan suatu bangsa. Sebaliknya dialog antar umat beragama bertujuan agar pemeluk agama bisa hidup berdampingan dengan damai, rukun, aman, saling menghargai dan saling menghormati.
Dialog antar agama merupakan konsep komunikasi yang berfokus dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia. Hal ini dikarenakan dalam dialog tersebut, setiap umat dituntut untuk bisa saling memahami keyakinan masing-masing. Melalui dialog antar agama itulah, semua penganut religi, meskipun dengan keyakinan yang jauh berbeda, bisa tetap memegang prinsip saling menghormati ajaran dan keyakinan agama lain.
Masih hangat diperbincangkan kedatangan Paus Fransiskus di Indonesia yang membuka mata lebar-lebar, bagaimana agama dan kemanusiaan adalah satu kesatuan dengan inti ajarannya, yaitu kedamaian dan keharmonisan sebagai mejadi benang merah yang selalu terjalin kapan pun dan di mana pun. Sebagaimana Paus Fransiskus melalui khotbah-khotbah apostoliknya selalu membahas-bahas pesan kedamaian.
Indonesia sendiri, yang merupakan laboratorium toleransi dengan formula Bhineka Tunggal Ika-nya, selalu dapat meminimalisir perpecahan karena pebedaan di tubuh Indonesia adalah sesuatu yang telah dan akan selalu ada. Dialog beragama menjadi kunci jawaban dari persoalan-persoalan perbedaan yang ada, bahwa perbedaan tidak harus dipertentangkan bahkan itu adalah hal yang diwajari.
Sebagaimana Cak Nun mempresentasikan ajaran agama-agama di dunia ini sebagai makanan terbaik yang disajikan di ruang saji. Tentu sebelumnya telah terjadi pemikiran dan eksekusi yang panjang, bahan mana yang dimasukkan di awal dan mana yang diakhirkan, berapa lama proses masaknya, keseimbangan bumbu penyedap, dan tentu keindahan penyajiannya adalah momen yang tidak boleh dilupakan.
Editor:Muhammad Jurais
Posting Komentar