BREAKING NEWS

Jumat, 22 Juli 2022

IADI Almamater Terbaik. Masihkah?

Kali ini, kami selaku tim wawancara Buletin Addariah menyajikan reportase kami via WhatsApp dengan salah seorang mantan Penggawa IADI Mesir periode 2013-2014, Saudara Muhammad Rifqi Ahrar, Lc. berbagi sekelumit hal yang menjadikan IADI Mesir almamater terbaik.

1-        Faktor-faktor apa saja yang menjadikan IADI sebagai almamater terbaik tahun 2013?

Ada dua faktor utama sehingga IADI dinobatkan sebagai almamater terbaik pada PPMI Award tahun 2013. Pertama, prestasi akademik anggota di tiap strata. Kedua, IADI cukup aktif dalam menjalankan kegiatannya dan “terlihat” oleh PPMI.

Mengenai faktor pertama, saya ingat betul pada tahun 2013 banyak anggota IADI yang menjadi wisudawan dan berprestasi. Bukan hanya jenjang S-1, tapi S-2 juga S-3. Untuk jumlah pastinya, bisa dirujuk kembali pada database IADI Mesir. Jadi kategori “banyak” yang saya maksud, sebab melibatkan semua tingkatan. Sedang dari almamater lain, kebanyakan wisudawannya hanya pada jenjang S-1.

Adapun faktor kedua, pada dasarnya IADI Mesir selalu aktif berkegiatan di tiap tahunnya, utamanya pada departemen pendidikan. Namun untuk “terlihat” eksis, apalagi oleh PPMI tergantung seberapa intens pengurus dalam mempublikasi kegiatan organisasi utamanya di medsos, dan pengurus IADI media 2013 juga mampu menghadirkan hal tersebut. Saya rasa demikian.

2-        Faktor-faktor apa saja yang menjadikan turunnya peranan IADI sebagai almamater yang pernah sukses?

Sebenarnya, tiap tahun IADI selalu sukses dengan kapasitas pengurusnya masing-masing. Hanya saja, jika sukses yang dimaksud adalah penghargaan sebagai almamater terbaik, tentu PPMI punya “standar” tersendiri dalam menentukan hal tersebut.

Setelah tahun 2013, ada beragam faktor hingga IADI tak lagi menjadi almamater terbaik. Diantaranya, faktor prestasi akademik anggota. Misalnya, sebagai ketua IADI tahun 2013-2014, kami tetap menjaga bahkan meningkatkan beberapa aspek dari program kerja dan aktif mempublikasikannya. Hanya saja pada tahun itu, kelulusan anggota IADI pada tiap jenjang S-1, S-2 dan S-3 memang tak semeriah di tahun 2013. Sehingga, sedikit banyaknya, hal ini berpengaruh pada penilaian “almamater terbaik”. Faktor selanjutnya, kesolidan dan kekompakan pengurus. Sering kali, saya melihat semangat dan kekompakan pengurus hanya terlihat di awal masa kepengurusan saja. Padahal, penilaian PPMI Award tentu melihat satu periode kepengurusan penuh. Faktor terakhir mungkin, IADI masih terlalu fokus pada aspek internal. IADI kurang berinteraksi dengan almamater atau organisasi lain dalam program kerjanya.

Sehingga pada saat yang sama hal itu mengakibatkan IADI terlihat kurang eksis oleh yang lain, juga oleh PPMI. Termasuk dalam hal ini, IADI kurang mempublikasikan kegiatannya pada khalayak ramai, utamanya di medsos. Meski padat kegiatan, jika tak dipublis, tetap membuat IADI seolah tak eksis. Untuk mendongkrak penilaian, tentu IADI perlu “terlihat”, utamanya oleh PPMI.

3-        Bagaimana upaya yang tepat dalam mendongrak prestasi IADI terutama menjadikan almamater terbaik?

Singkat, cukup dengan komitmen dan konsistensi. Terlihat sederhana namun sulit dalam pelaksanaannya.

Titik beratnya, tentu kembali pada komitmen para pengurus khususnya dan seluruh anggota IADI secara umum, seberapa penting IADI ini bagi mereka dan seberapa ingin mereka untuk menjadi yang terbaik. Adapun penasehat dan dewan konsultatif, sekedar mengawal dan memberi masukan yang dianggap perlu demi kemajuan organisasi.

Jika komitmen sudah ada, selanjutnya pengurus perlu memastikan kembali, apa saja kriteria penilaian dari PPMI sebagai penyelenggara penghargaan ini. Setelah itu, tinggal bagaimana IADI menjaga konsistensinya. Konsisten dengan semangatnya. Konsisten akan kekompakannya. Juga konsisten terhadap target yang ingin dicapai.

4-        Apa pandangan kakanda tentang IADI saat ini?

Sangat potensial untuk menjadi lebih baik. Melihat banyaknya anggota baru, pada saat yang sama tentu membawa semangat baru. Meski pada almamater lain kurang lebih juga demikian, namun keberadaan anggota mutlak diperlukan. Ibarat sebuah rumah, apa jadinya jika tak berpenghuni? Betapa pun, anggota-lah yang membuat organisasi terus bergerak.

Selanjutnya, bagaimana peran penasehat untuk terus mengawal dan membimbing adik-adik baru. Sehingga regenerasi dalam tubuh organisasi tetap berjalan optimal. Dengan begitu, tiga sampai lima tahun kedepan, kita melihat IADI yang makin solid dan makin berkarakter, sehingga siap bersaing dan kian diperhitungkan di kalangan Masisir

5-        Saran kakanda untuk IADI saat ini?

Saya bisa mengatakan pada kawan-kawan IADI selain menjadi sarana silaturahmi dan menjalin kekeluargaan sebagai sesama anak rantau, pandanglah IADI ini sebagai wadah untuk melatih diri. Memandang tiap forum IADI sebagai miniatur Indonesia, sebelum terjun ke masyarakat Indonesia sesungguhnya nanti. Jika Al-Azhar menyiapkan ilmunya, maka di IADI kita belajar untuk menuangkan ilmu tersebut, lisan maupun tulisan.

Kekuatan utama IADI ada pada nadwahnya. Dengan aneka variannya, nadwah IADI memang dimaksudkan sebagai ajang berlatih, agar kelak pulang ke Indonesia "tidak kaku" berhadapan dengan masyarakat. Cukup dengan rajin hadir di nadwah IADI, sadar atau tidak sadar, sebenarnya para anggota sedang belajar membaca, berargumen, dan menulis.

Khusus untuk pengurus, pandanglah IADI sebagai sarana untuk mendulang pahala. Sebagai wadah untuk terus memberi manfaat pada anggota. Perkuat internal, dengan meningkatkan kerapihan administrasi organisasi, juga menjaga relevansi program kerja. Dengan tetap menyeimbangkan kegiatan eksternal, baik yang sifatnya ilmiah atau di bidang olahraga. Yaitu terus menjalin relasi dan silaturahmi dengan organisasi atau almamater lain. Dengan begitu, IADI turut terlibat dalam dinamika Masisir.

6-        Sebagai almamater terbaik 2013, masihkah IADI memiliki kapabilitas dalam bersaing dengan almamater yang lain?

Beberapa tahun belakangan, IADI sudah cukup dikenal di kalangan Masisir. Hal ini disebabkan, antara lain, keikutsertaan IADI dalam berbagai event Masisir utamanya dalam kejuaraan olahraga. Selain juara, IADI termasuk "langganan” empat besar. Hal ini menjadikan IADI sudah cukup diperhitungkan di kalangan Masisir, utamanya dalam konteks almamater. Mengenai kapabilitas sebagai almamater terbaik, IADI selalu punya peluang untuk hal itu. Tinggal bagaimana komponen IADI secara keseluruhan berkomitmen dan punya target ke sana.

Hanya saja, jika merujuk pada dua faktor utama kesuksesan IADI sebagai almamater terbaik tahun 2013, tentu tidaklah mudah. Sebab prestasi akademik anggota dalam setiap jenjang strata tidak selalu ada tiap tahun. Sebab butuh bertahun-tahun menunggu adanya "anggota yang lulus S-2 dan S-3. Terlepas dar faktor itu, semua tolak ukur penilaian “almamater terbaik” saya rasa bisa diupayakan.

7-        Perlukah IADI bangkit dan bersaing kembali menjadi almamater terbaik lagi?

Dewan penasehat selalu mengawal dan mendorong IADI menjadi lebih baik. Hanya saja, hal ini tentu kembali pada para pengurus sebagai penggerak organisasi. Dorongan dan motivasi dari penasehat menjadi tak berarti, jika sedari awal pengurus tidak berkomitmen akan hal itu. Alhamdulillah, dari tahun ke tahun IADI senantiasa berbenah, baik secara internal maupun eksternal. Meraih prestasi eksternal baik, dalam hal ini PPMI Award tentu punya standarnya sendiri dalam menentukan siapa yang terbaik. Namun tak kalah pentingnya bagaimana menjaga prestasi secara internal, menjaga kesolidan antar komponen IADI secara utuh.

Ada banyak almamater di Masisir, meraih predikat sebagai almamater terbaik, sedikit banyaknya akan mendongkrak nama organisasi. Jadi prestasi ini tetap penting, agar kita tak dipandang sebelah mata, sekaligus membuktikan bahwa IADI Mesir benar-benar ada dan senantiasa menebar manfaat. Sukses buat IADI Mesir!

 

(Tim Wawancara Addariah)

 

ADDARIAH EDISI 57, 20 APRIL 2019


Posting Komentar

 
Copyright © 2014 Addariah. Designed by OddThemes