BREAKING NEWS

Rabu, 21 September 2022

Nadwah Ilmiah, 16 September 2022

Foto Pemateri Nadwah

Resume Nadwah Ilmiah IADI Mesir

Jumat, 16 September 2022

 

Pemateri :  Fathur Rohman Ansyari

Moderator: Andi Muh. Akram Ibrahim

Notulis              : Andi Raihan Muflih

                           Mugni Maulidia.S

Tema : Sejarah Pemikiran Asy’ariah dan Doktrin Ajarannya.

 

1. Aliran Asy’ariah merupakan salah satu paham teologi Islam yang muncul pada 913 M/330 H. Aliran ini mengembangkan paham teologi Islam yang lebih mengutamakan dalil naqli (Al-Qur’an dan Al-Hadis) dan membatasi penggunaan logika filsafat. Tentu aliran ini tak terlepas oleh pendirinya yaitu Abu Hasan al-Asy’ari atau nama lengkapnya Ali bin Ismail bin Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abd-Allah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa al-Asyari. beliau dilahirkan pada tahun 260 H/874 M, di kota Basrah dan merupakan keturunan kesembilan dari sahabat Nabi Abu Musa al-Asy’ari.

 

Awalnya Abu Hasan adalah pengikut dari Muktazilah yang sejalan dengan ayah tirinya Abu Ali Al-Jubai yang merupakan salah satu tokoh dari Muktazilah. Abu Hasan beraliran Muktazilah hingga umurnya yang ke-40 tahun bahkan beliau mengarang kitab-kitab yang bercirikan Muktazilah yang berlaku pada tahun 300 H/912 M.

 

Beliau mengambil keputusan untuk keluar dari aliran Muktazilah bermula dari perdebatan serius yang terjadi antara dia dengan ayah tiri sekaligus gurunya, Abu Ali al Jubbai seputar masalah ash-shalah dan ashlah (kemaslahatan).

 

Selain itu ada sumber lain yang mengatakan bahwa sebabnya ialah pada bulan Ramadan dia bermimpi melihat Nabi SAW. Nabi berkata kepadanya, “Wahai Ali, tolonglah mazhab-mazhab yang mengambil riwayat dariku, karena itulah yang benar.”

 

2. Peranan dan pandangan beberapa tokoh-tokoh Asy’ari dalam mengembangkan pemahaman teologi seperti Imam Al-Baqillani, Imam Al-Juwayni, dan Imam Al-Ghazali. Mereka mengembangkan pendapat-pendapat Imam Asy’ari, yang menurutnya taat bukanlah sebab dari terwujudnya sebuah pahala, dan maksiat bukan sebab dari timbulnya dosa. Atau dengan kata lain, pahala dan dosa bukanlah balasan dari perbuatan taat dan maksiat. Akan tetapi pahala adalah sebuah karunia yang Allah limpahkan kepada seorang hamba, dan siksaan adalah bentuk keadilan Tuhan, karena tidak ada seorang pun yang dapat memberikan kewajiban kepada Allah SWT, seperti memberikan pahala dan dosa.

 

Dan diantara tokoh lainnya juga yang merupakan murid langsung Abu Hasan yaitu Imam Askari.

 

3. Teologi Asy’ariah dalam perkembangan mazhab Ahlu Sunnah wal-Jama’ah sangat berpengaruh besar. Hal ini dapat dipahami dari penisbatan istilah ini semula dikhususkan kepada Asy’ariah, namun dalam perkembangannya dikenal dengan Ahlu Sunnah wal-Jamaah meliputi mazhab-mazhab fikih dan lapangan-lapangan ilmu keislaman lainnya yang tidak tersangkut dengan paham-paham Mu’tazilah atau aliran lain. Pikiran-pikiran al-Asy’ari dan tokoh-tokohnya, merupakan jalan tengah antara golongan-golongan yang berlawanan, atau antara aliran rasionalis dan tekstualis. Dalam mengemukakan dalil dan alasan, ia juga memakai dalil-dalil akal dan naqal bersama-sama. Sesudah ia mempercayai isi al-Quran dan al-Hadis, ia mencari alasan-alasan dari akal pikiran untuk memperkuatnya. Jadi ia tidak menganggap akal pikiran sebagai hakim atas nas-nas agama untuk menakwilkan dan melampaui ketentuan arti lahirnya, melainkan dianggapnya sebagai pelayan dan penguatan arti lahir nas tersebut.

 

Setelah pemateri menjelaskan materinya, timbul beberapa pertanyaan di forum nadwah menyangkut Asy’ariah itu sendiri, diantaranya :

1. Apa perbedaan Al-Asy’ari, Asy’ariah, dan Asyaairah?
Al-Asy’ari adalah pendiri dari aliran Asy’ariah yaitu Abu Hasan al-Asy’ari. 
Asy’ariyah adalah madzhabnya.
Asyaairah adalah pengikut madzhab itu sendiri.

 

2. Apa perbedaan mendasar dari Asy’ariah dan Maturidiyah?

 

Perbedaan dari segi fikihnya, Maturidiyah lebih mengarah ke mazhab Hanafiyah, Adapun Asy’ariah, mengarah ke Madzhab Syafi’iyah dan Malikiyah. Adapun dari segi akidah, diantara keduanya tidak ada perbedaan yang signifikan, hanya perbedaan dalam segi lafdzi, tapi pada dasarnya akidah mereka sama.

 

Kalau melihat dari sejarah, Maturidiyah lahir dari pertentangan antara Mu’tazilah dan Asy’ariah, artinya Maturidiyah lahir setelah adanya Asy’ariah. Dari referensi yang lain, Imam Al-Mansur Al-Maturidi yang merupakan pendiri dari aliran Maturidiyah adalah seorang murid dari Imam Al-Asy’ari

 

3. Apakah aliran Asyaairah ini adalah aliran yang baru?

 

Aliran ini bukanlah aliran baru. Hal ini senada dengan perkataan Maulana Syeikh Hisyam Kamil bahwa Imam Asyari tidaklah membuat akidah baru justru penisbatan kepada Imam Asyari mendirikan ini untuk memurnikan kembali akidah para salaf sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW dan sahabatnya.


Untuk file makalahnya bisa di unduh di bawah ini:

https://drive.google.com/file/d/1fWiU27Yy2Fo2pB2YxVbtKq6QtEgnVxNE/view?usp=drivesdk


 

Share this:

2 komentar :

 
Copyright © 2014 Addariah. Designed by OddThemes