BREAKING NEWS

Minggu, 09 April 2023

Historis Genealogis Keislaman Sulawesi




Oleh: Muhammad Alim Nur


Perkembangan agama Islam merupakan salah satu perkembangan agama yang terbesar di Indonesia setelah perkembangan agama Hindu dan Budha, masuknya Islam di daerah Nusantara sudah sangat lama dikarenakan adanya hubungan dagang dengan bangsa luar Nusantara, walaupun kebenarannya masih diperdebatkan.

Masuknya Islam di daerah Sulawesi terbilang terlambat dari daerah lain untuk seluruh wilayah Indonesia. Masuknya Islam di daerah ini diawali dengan datangnya para datuk yang berasal dari Minangkabau.

Biografi Tokoh

Datuk ri Bandang bernama asli Abdul Makmur dengan gelar Khatib Tunggal adalah seorang ulama dari Koto Tangah, Minangkabau yang menyebarkan agama Islam ke kerajaan-kerajaan di wilayah timur nusantara, yaitu Kerajaan Luwu, Kerajaan Gowa, Kerajaan Tallo dan Kerajaan Gantarang (Sulawesi) serta Kerajaan Kutai (Kalimantan) dan Kerajaan Bima (Nusa Tenggara).

Datuk Patimang atau Datuk Sulaiman dan bergelar Khatib Sulung adalah seorang ulama dari Koto Tangah, Minangkabau yang menyebarkan agama Islam ke Kerajaan Luwu. Dalam menjelaskan dakwahnya ajaran Tauhid yang menjadi pegangannya dengan metode mempergunakan kepercayaan lama sure I Lagaligo sebagai cara pendekatannya.

Datuk ri Tiro, bernama asli Nurdin Ariyani/Abdul Jawad, dengan gelar Khatib Bungsu serta dalam menjalankan dakwahnya ia melakukan pendekatan tasawuf yang juga berasal dari Minangkabau.

Dalam proses penyebaran Agama Islam di Sulawesi Selatan dikenal dengan tiga Mubalig asal Minangkabau atau dikenal dengan Datuk Tallua (Tiga Datuk).

Dalam menyebarkan agama Islam, para datuk membagi ke dalam beberapa wilayah. Datuk ri Bandang yang ahli fikih berdakwah di Kerajaan Gowa dan Tallo, sedangkan Datuk Patimang yang ahli tentang tauhid melakukan syiar Islam di Kerajaan Luwu, sementara Datuk ri Tiro yang ahli tasawuf di daerah Tiro dan Bulukumba.

Kedatangan ke Sulawesi dan Syiar Agama Islam

Pada mulanya Datuk ri Bandang bersama Datuk Patimang melaksanakan syiar Islam di wilayah Kerajaan Luwu, sehingga menjadikan kerajaan itu sebagai kerajaan pertama di Sulawesi Selatan, Tengah dan Tenggara yang menganut agama Islam. Kerajaan Luwu merupakan kerajaan tertua di Sulawesi Selatan dengan wilayah yang meliputi Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur serta Kota Palopo, Tana Toraja, Kolaka (Sulawesi Tenggara) hingga Poso (Sulawesi Tengah).

Dengan pendekatan dan metode yang sesuai, syiar Islam yang dilakukan Datuk ri Bandang dan Datuk Patimang dapat diterima Raja Luwu dan masyarakatnya. Setelah itu agama Islam dijadikan agama kerajaan dan hukum-hukum yang ada dalam Islam pun dijadikan sumber hukum bagi kerajaan.

Datuk Patimang lebih banyak menyebarkan Islam di daerah Suppa, Soppeng, Wajo dan Luwu, sedangkan Datuk Tiro lebih banyak menyebarkan Islam di selatan Sulawesi meliputi Bantaeng dan Bulukumba.

Datuk Patimang wafat dan dimakamkan di Luwu, sedangkan Datuk ri Tiro wafat dan dimakamkan di Tiro, Bulukumba. Datuk ri Bandang disebutkan berperan memperkenalkan ajaran Islam kepada Raja Tallo dan Raja Gowa di awal abad ke 17.

Berkat pengaruhnya, I Malingkang Daeng Manyonri atau Sultan Alauddin I yang juga Raja Tallo XV, bersedia memeluk Islam. Dia merupakan orang pertama di Sulawesi Selatan yang memeluk Islam melalui pengaruh Datuk ri Bandang. Oleh karena itu pula Kerajaan Tallo sering disebut-sebut sebagai pintu pertama Islam di daerah ini. Penerimaan Islam secara resmi oleh Raja Tallo ini terjadi pada malam Jumat 9 Jumadil Awal 1014 H /atau 22 September 1605 M.

Setelah Raja Tallo memeluk Islam, menyusul Raja Gowa XIVV juga mengucapkan dua kalimat syahadat. Setelah proses pengislaman berlangsung di kalangan istana, Raja Gowa kemudian secara resmi mengumumkan bahwa Kerajaan Gowa dan seluruh daerah kekuasaannya resmi beragama Islam. Sejak saat itu pula, Datuk ri Bandang diberi keleluasaan untuk mengajarkan Islam kepada rakyat Gowa-Tallo.

Raja Gowa, Manga’rangi Daeng Manrabia dan Raja Tallo, I Malingkang Daeng Manyonri beserta rakyatnya masuk Islam. Di kemudian hari sang ulama itu pun akhirnya wafat dan dimakamkan di wilayah Tallo.

Sementara itu, Datuk Patimang menetap di Kerajaan Luwu dan meneruskan syiar Islamnya ke rakyat Luwu, Suppa, Soppeng, Wajo dan lain-lain yang masih banyak belum masuk Islam. Dikemudian hari sang penyebar Islam itu-pun akhirnya wafat dan dimakamkan di Desa Patimang, Luwu. Sedangkan Datuk ri Tiro melakukan syiar Islam di wilayah selatan, yaitu Tiro, Bulukumba, Bantaeng dan Tanete yang masyarakatnya masih kuat memegang budaya sihir dan mantra-mantra. Datuk ri Tiro yang kemudian berhasil mengajak raja Karaeng Tiro masuk Islam di kemudian hari juga wafat dan dimakamkan di Tiro atau sekarang Bontotiro.

Terdapat perbedaan pendapat terkait datangnya Datuk ri Bandang di Sulawesi. Sebagian berpendapat bahwa kedatangannya adalah atas permintaan komunitas Melayu di Somba Opu kepada Ratu Aceh. Sementara sebagian lainnya berpendapat bahwa Datuk ri Bandang datang ke Sulawesi karena diutus oleh Sunan Giri.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh KH. Ahmad Baso ketika berkunjung ke KKS Mesir bahwa Datuk ri Bandang menyebarkan Islam ke Sulawesi karena diutus oleh Sunan Giri.

Murid Sunan Giri

Datuk ri Bandang adalah santri Sunan Giri. Bersama dua ulama lainnya, yakni Datuk Sulaiman dan Datuk ri Tiro, Datuk Ri Bandang. Mereka belajar mengenai budaya masyarakat Sulawesi Selatan dari para pelaut Bugis-Makassar ketika meninggalkan Minangkabau menuju Riau.

Selanjutnya, Datuk ri Bandang singgah dan berguru kepada Wali Songo, khususnya Sunan Giri, di Tanah Jawa. Hal ini tercatat dalam Panambo Lombok, yang juga didukung oleh keterangan dalam Lontara Wajo, bahwa Datuk ri Bandang adalah jejaring Sunan Giri yang menyebarkan Islam di tanah Makassar. Dan ini diafirmasi oleh KH. Ahmad Baso selaku Tokoh Muda NU Periset Pesantren dan Islam Nusantara saat berkunjung ke Baruga KKS Mesir tahun lalu.

Kita patut bangga bahwa keislaman di pulau Sulawesi masih tersambung sanadnya dengan keislaman di pulau Jawa yang tokoh penyebarannya biasa dikenal dengan Wali Songo yang memiliki semangat yang tinggi dalam berdakwah menyebarkan agama Islam.

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 Addariah. Designed by OddThemes