Oleh: Azzahra Nur Awalia
Konsep setan atau entitas jahat hadir dalam hampir semua budaya dan agama, meskipun dengan interpretasi yang berbeda-beda. Misalnya menurut sudut pandang agama Islam, setan dikenal sebagai iblis, yang merupakan makhluk dari api yang menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam karena kesombongan dan kebanggaannya.
Sedangkan menurut sudut pandang agama Kristen, setan sering disebut iblis atau Lucifer yang awalnya adalah malaikat yang jatuh akibat pemberontakannya terhadap Tuhan. Adapun menurut budaya populer, setan sering digambarkan sebagai entitas jahat yang memiliki kekuatan super atau supranatural ,seringkali terlihat dalam bentuk monster atau makhluk iblis. Setiap budaya atau agama membawa pemahaman unik tentang setan, tetapi secara umum, setan merupakan simbol dari kejahahatan dan yang menghalangi perjalanan spiritual dan moral manusia.
Tuhan menciptakan segala sesuatu pasti dengan tujuan dan tidak sembarangan, lalu apa sebenarnya tujuan tuhan menciptakan setan? Pertanyaan ini kerap kali muncul dalam setiap pembahasan terkait alasan diciptakannya suatu makhluk, mengapa Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Baik menciptakan sebuah makhluk bernama setan? Pertanyaan itulah yang akan coba penulis jawab dalam tulisan ini, namun sebelum melangkah lebih jauh untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis akan mencoba untuk mengenalkan terlebih dahulu bagaimana sifat dan segala keniscayaan yang ditetapkan untuk sebuah makhluk bernama setan ini.
Taufiq Hakim menggambarkan peranan iblis di pentas kehidupan dalam karyanya yang berjudul asy-Syahid (sang syahid) bahwasanya setan datang kepada pemuka para agama untuk memohon agar dia diampuni oleh Tuhan, tapi para pemuka agama pun bingung dalam menghadapi permintaan setan tersebut, karena apabila tobatnya diterima Tuhan, apa jadinya kepercayaan tentang dosa yang telah diwariskan dan jalan keselamatan yang merupakan dampak dari dosa setan, pemuka islam pun juga bingung karena apabila tobat iblis diterima, apa jadinya perintah ber-ta’awudz memohon perlindungan kepada Allah. Ketika umat mengucapkan kalimat ta’awudz, setan pun berteriak “Eksistensi saya diperlukan untuk wujud kebaikan di dunia ini, kegelapan yang saya miliki akan merefleksikan cahaya ilahi pada para umat yang percaya kepada Tuhannya”
Apabila ilustrasi Taufiq Hakim dalam tulisannya menggambarkan keniscayaan setan dalam kehidupan, berbeda dengan Abbas Al-Aqqad dalam karyanya yang berjudul Tarjumat Syaitan (Biografi Setan). Dia menceritakan tentang keniscayaan setan dalam kedurhakaan, dimana keinginan setan untuk bertobat karena dia telah jenuh dalam menggoda manusia sebab kelakuan manusia yang taat dan durhaka memiliki rasio yang tidak berbeda jauh. Oleh karena itu dia mulai jenuh, dan ketika itu setan pun dimasukkan kembali ke dalam surga, dengan begitu dia kembali kepada kenikmatan surgawi yang tak ada batas. Setan dengan sifat aslinya, dia kembali terlena oleh kenikmatan itu, membangkang dan kembai durhaka, akibat kedurhakaannya dia dikutuk menjadi batu yang terpancar dari patung-patung dan aneka seni.
Allah berfirman yang ditujukan
untuk Nabi Muhammad SAW. : “Dan jika setan mengganggumu dengan satu gangguan
(berupa nazgh), mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya, Dialah
yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS.Fushilat[41] :36). Dari kata nazgh,
yang digunakan pada ayat di atas, terlihat bahwa ketakwaan sempurna yang
dimiliki Nabi Muhammd SAW, menjadikan setan tidak dapat melakukan hubungan yang
ssngat dekat dikarenakan ketakwaan dan pertahanan iman mereka.
Seorang tokoh tafsir beraliran rasional dan pakar bahasa Arab yang lahir di Khawarizmi (kini sekitar Uzbekistan dan Turkmenistan) yang bernama Az-Zamakhsyari (1075-1144). Mengomentari ayat yang menyatakan bahwa : “ Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan” (QS. Al-baqarah [2] :275).
Az-Zamakhsyari mengomentari sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu anhu, Rasulullah SAW bersabda : “Tidak ada seorang pun yang lahir kecuali setan menyentuhnya ketika ia dilahirkan, sehingga ia menangis keras karena sentuhan setan tersebut, kecuali Maryam dan putranya (Isa alayhissalam). Bahwasanya haditsnya menggambarkan betapa besar keinginan setan untuk mengganggu manusia, sekan-akan ia menunjunjuk dan menusuknya sambil berkata : “Anak ini yang akan saya jerumuskan.”
Terdapat juga pemahaman lain tentang teks-teks keagamaan diatas sebagai potensi negatif yang terdapat dalam diri manusia. Bukankah kata Allah telah mengilhami jiwa manusia kebaikan dan keburukan,”Dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaanya) maka Allah mengilhami (kepada jiwa itu) kefasikan dan ketakwaan nya” (QS. Asy-syams [91]: 7-8)
Kefasikan itulah yang melahirkan kejahatan, sedangkan ketakwaaan melahirkan kebaikan. Hal ini bukan berasal hal dari luar ataupun dari setan, setan yang mengalir dalam darah manusia bukan memiliki arti hakiki, akan tetapi setan menjadi potensi negatif kepada manusia unutk melakukan keburukan ataupun kefasikan, sebagaimana darah yang senantiasa mengalir di dalam tubuh manusia selama ia masih bernafas, saat itupun setan akan senantiasa mengganggu manusia sampai di penghujung hayat nya.
Allah Adalah Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang, tapi bagaimana bisa Dia menciptakan sebuah keburukan dan penyebab kefasikan ini? Dalam kitabnya yang berjudul Al-Lama’at, Said Nursi menjelaskan bahwa sesungguhnya dibalik kejahatan-kejahatan yang tersembunyi dalam diri setan, terdapat maksud-maksud terbaik dan lebih besar yang mengandung kesempurnaan yang dapat mengangkat derajat manusia. “Ya, seperti adanya banyak fase pada tumbuhan yang dimulai dari biji hingga menjadi pohon yang tinggi. Begitu pula potensi yang ada dalam diri manusia berupa tingkatan atau derajat yang lebih banyak daripada tumbuhan dari atom hingga matahari,” kata Said Nursi dikutip dari buku Al-Lama’at terbitan Risalah Nur Press halaman 141-142.
Hal ini sejalan dengan penjelasan salah satu ayat Al-Quran, yaitu surah al-an’am : 112 “Demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah menipu ( manusia). Jikalau Tuhan mu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan” ayat ini menunjukan bahwa setiap nabi memiliki musuh yang berusaha menyesatkan mereka dan ayat ini mengingatkan kita bahwasanya setan-setan tidak akan bisa menyesatkan jika kita memiliki iman yang kuat dan taat kepada Allah.
Kehadiran iblis dan setan sebagai ujian, seperti dimaklumi, makhluk hidup jelaslah lebih mulia daripada makhluk yang tak bernyawa. Yang bertanggung jawab dari mahluk hidup, seperti jin dan manusia lebih utama daripada yang tidak bertanggung jawab, seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan, yang mampu memepertanggung jawabkan setiap tindakannya, lebih tinggi kedudukannya dibanding yang gagal mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya. Dari sini muncul sebuah pertanyaan : Bagaiamana mengatahui yang gagal dan yang berhasil? Sesorang akan dinyatakan lulus dari sekolah apabila berhasil mengerjakan ujian dengan baik, begitupun dengan kehidupan manusia dan jin keduanya adalah mahkluk yang tidak luput dari ujian dan cobaan. Ini merupakan suatu keniscayaan “Allah yang menjadikan mati dan hidup supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS. Al- Mulk [67]:2), serta ayat : Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga , padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata oirang-orang yang sabar”(QS.Ali Imran [3]:142). Salah satu cara Allah melakukan ujian adalah dengan menciptakan penggoda, dalam hal ini adalah setan.
Berdasarkan paparan diatas penulis menyimpulkan bahwa, syaitan awalnya adalah makhluk yang taat, tetapi karena kesombonganya menolak untuk bersujud kepada Nabi Adam, ia dikutuk dan diberi kesempatan oleh Allah untuk menyesatkan manusia sampai hari kiamat saat itulah manusia akan memilih apakah dia akan memilih jalan kebaikan atau keburukan, setan akan selamanya menjadi makhluk pengganggu sebagai ujian untuk manusia selama hidupnya, dan manusia yang berhasil melewati ujian itu dengan baik, akan diberi derajat yang tinggi di sisi Allah, itulah eksistensi setan diciptakan.
Wallahu a’lam bissawab
Jaya selalu addariyah
BalasHapusJaya pak ketua
Hapus