BREAKING NEWS

Jumat, 22 Juli 2022

Puisi-puisi Pitulopi

 

KEMATIAN OSIRIS

Tuhan telah nampak diantara kita

Telah menyatu menjadi sebuah rasa

Tangisan cinta Isis sang feminim untuk Osiris

Menjadi sebuah aliran panjang tak bertepi

Para pemimpi itu menamainya ibu

Namun ketahuilah! Aku dan dia berbeda

Namun ku masih sepakat untuk sebuah nama

Perwujudan cinta yang bernama ibu


*** 


Kata-kata Tanpa Kata-kata

menjelang isya kutinggalkan kattameyah, pinggiran kota di tepi gurun—di sepi kesendirianku menuju darrasah. kepalaku penuh rencana-rencana seketika dilanda bencana kebosanan ketika kutumpangi angkot ini; bising percakapan orang-orang beraksen kedaerahaan membuat bahasa arab terdengar asing, seolah aku terdampar di satu kampung pedalaman di nigeria. di luar, debu pasir beterbangan menampar-nampar jendela kaca, bagiku malam ini membuat hidup serasa begitu malang! seorang pria tua seumuran ayahku duduk di sampingku semakin kesal saja sejak kami lewati perbukitan dengan jalan-jalan berlubang hingga setengah perjalanan ke sayyidah aisyah, ia tagih uang kembalian seperti anak kecil yang merengek minta uang jajan:

aku pusing dan mual berkendaraan—ciri khas kampunganku tak hilang-hilang juga meski sudah setahun lebih tinggal di kota ini, pria tua itu tambah frontal menagih, aku kian jengkel padanya. pikiranku teralihkan ketika kupandang bangunan-bangunan di seberang sepanjang jalan—diriku melayang-layang; tiba-tiba aku bertamu di rumahmu, atau menyepi di taman seorang diri sambil menulis selembar puisi, atau tersesat di nigeria. lamunan-lamunan itu berhampuran seperti bintang-bintang seperti kata-kataku.

sewaktu angkot ini tiba di sayyidah aisyah.  para penumpang turun, sebelum berlalu pergi membawa senyumnya pria tua itu menghampiriku lalu diserahkannya uang kembalian milikku. aku terdiam menerimanya, tanpa terima kasih tanpa kata-kata.

 

                ADDARIAH EDISI 57, 20 APRIL 2019

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 Addariah. Designed by OddThemes