BREAKING NEWS

Kamis, 20 Juli 2023

“Banyak” Tak Menjamin Ramai

 

Foto Dokumentasi Nadwah

Oleh: Fahri Syahrial

Sore itu, selepas menunaikan salat asar. Aku bergegas dengan setelan yang rapi menuruni anak tangga imarahku menuju Sekretariat IADI Mesir untuk mengikuti acara pekanannya yaitu Nadwah. Langit Mesir yang cerah mengiringi langkahku, suara anak kecil saling bersahutan, diikuti dengan angin berhembus pelan nan sejuk. Jalanan ramai oleh lalu lalang para penduduk setempat dengan berbagai kesibukan, suara tuk-tuk (kendaraan bernama bajai) juga tak kalah ramai menghiasi telinga.

 

Tak sengaja, di pertengahan jalan aku bertemu dengan seorang teman, “mau ke mana, bro?” Sapanya dengan senyum akrab. “Ke sekret”, kataku. “Ada acara?” Tanyanya lagi. “Nadwah”, jawabku singkat. “Apa menunya nanti?” Katanya dengan penasaran. “Jangan karena menunya saja yang enak,  baru datangki ke sekret, bro!” Jawabku seraya pergi meninggalkannya.

“Mungkin saja, sekret sedang merindu kepada para petualang ilmu yang akan memenuhi setiap sudut ruangnya, akan suara-suara yang saling melempar argumen, canda-tawa, maupun riuh karena sekali-kali tepuk tangan mereka”, pikirku seraya melanjutkan jalan.

 

Setiba di sekret IADI di lantai empat, beberapa teman, senior dan penasihat IADI telah hadir meramaikan Nadwah. Namun, tidak membuat sekret sesak oleh mereka yang hadir, tak seperti biasa, Nadwah akhir-akhir ini sepi oleh para audiens. Padahal tahun demi tahun generasi semakin bertambah, tapi yang meramaikan Nadwah itu-itu saja, tak berubah. Mungkin mereka sedang asyik dengan tongkrongannya yang lain, atau mungkin makanan Nadwah yang kurang menarik bagi mereka?

 

Nadwah dimulai dengan berbagai rangkaian acara, dari MC yang membuka acara dan mempersilahkan kepada moderator sebagai  pemimpin Nadwah sekaligus mempersilahkan kepada narasumber untuk menyampaikan materinya, dengan waktu yang sudah ditetapkan. Setelah pemaparan materi, Nadwah kembali ramai dengan berbagai pertanyaan, sanggahan, maupun tanggapan dari para audiens yang sekali-kali di tengahi oleh moderator atau para penasihat. Tak kadang pertanyaan mengakar jauh keluar dari materi.

 

Sebelum Nadwah ditutup, pemateri menyampaikan pesan dan kesan serta kesulitan yang dialami sebelum dan selama membawakan Nadwah, juga wejangan dari para penasihat yang hadir sekaligus menutup Nadwah  dengan doa. Pertemuan hangat itu berakhir dengan jamuan buka puasa bersama selama bulan suci Ramadan. (Diluar bulan suci Ramadan Nadwah kembali dimulai setelah salat magrib).

 

Sekret tidak hanya menjadi tempat kita singgah sesaat yang setelah acara atau kegiatan selesai, kita juga beranjak pergi, seakan sekret menjadi tempat yang asing bagi kita. Lebih dari itu, sekret menjadi Pelabuhan tempat kita berlabuh, berkumpul, dan bersua kembali melepas rindu, merasakan hangatnya kekeluargaan di tempat perantauan. Makanan hanya pemanis, tetapi yang terpenting adalah kita saling bertatap muka, dan saling  berbagi cerita.

 

Bersama “Kita” untuk selalu meramaikan Nadwah. Kalau bukan kita, siapa lagi? Sebagaimana perkataan yang turun-temurun dari para pendahulu kita, yang mungkin tak lagi asing di telinga bahwa: “Beruntunglah orang-orang yang belajar di Al-Azhar, dan lebih beruntung lagi yang hadir di Nadwah IADI Mesir”.


Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 Addariah. Designed by OddThemes