Jiwa yang berbalut air mata
Oleh: Nanang Iskandar
Jika kehidupan terus membuat sang kekasih menangis,
Bukankah kematian lebih baik?
Jika dalam tarikan dan hembusan semilir jiwaku, senantiasa membuatku durhaka pada-Mu
Bukankah kembali ke sisi-Mu lebih baik?
...
Aku berjalan dalam tali uluran-Mu
Juga bersamanya setiap lekukan yang telah engkau tetapkan
Lantas dengan apa aku harus merasa "Aku"
Jika detik ini engkau takdirkan jiwaku menangisi cinta berkerak pedih yang engkau titipkan di salah satu gerbang hatiku,
Maka detik setelahnya aku terus berdoa agar rasa itu masih mengakar di sana
Namun jika aku Engkau takdirkan lalai dalam rinduku,
Maka aku berdoa untuk detik selanjutnya, semoga Engkau kembali meraihku
Bahkan jika berabad-abad masa jiwaku terjatuh sedalam-dalamnya
Aku masih berdoa, Engkau meraihku dengan kasih cinta-Mu yang tak ada batasnya
Aku jiwa yang diterpa seluruh beban kesedihan
Tertumpu pada ubun-ubun rohani yang biasanya aku hiasi dengan rindu
Teriris oleh sembilu pilihan-pilihan sepihak nafsuku
Lalu kembali akan aku balut dengan cinta dan pengharapan akan belas kasihan-Mu
Aku jiwa yang berbalut air mata
Baik di kala menikmati sifat Maha Dekat-Mu dalam debaran dadaku
Ataupun kala jarak seolah memangkas jiwaku dengan cinta kasih-Mu
Aku jiwa yang berbalut air mata
Posting Komentar