Oleh: Hamsah Hasbar
Istilah setan, atau hal-hal gaib lainnya masih menjadi satu hal yang samar akan keberadaannya di kalangan masyarakat indonesia atau bahkan dunia. Kehidupan modern dengan perkembangan sains yang pesat, mendorong manusia menggunakan nalar lebih banyak daripada hanya mengikuti doktrin-doktrin tanpa asal-usul yang jelas keilmiahannya. Tentu ini banyak berpengaruh terhadap paham-paham yang telah lama tertanam di beberapa belahan penduduk dunia, dan indonesia merupakan negara yang hampir semua penduduknya menganut agama samawi, yang mengamini adanya sesuatu yang gaib atau makhluk yang tak kasat mata.
Kaum rasional, yang bermula muncul di bagian Eropa dunia, menganggap sesuatu yang gaib itu hanya doktrin kuno yang tidak bisa dibuktikan keilmiahannya. Bahkan fenomena alam gaib yang terjadi, seperti kesurupan, ketindihan dan sebagainya, itu semuanya bisa dijelaskan secara ilmiah melalui pendekatan sains modern, dan sains masih terus menerus berkembang mempelajari keadaan manusia sampai sekarang, meski masih ada beberapa di antara kasus gaib itu yang belum terpecahkan (belum terjelaskan secara ilmiah). Tentu ini sangat bertolak belakang dengan paham-paham sebagian kelompok yang menganggap hal gaib itu ada, tentu dengan pembuktian keabsahannya. Jadi apakah benar setan dan sejenisnya itu ada atau hanya warisan kuno yang dibuat-buat? Dan bagaimana memandang dua paham yang berbeda ini?
Pertama-tama kita akan membahas secara singkat awal mula kemunculan istilah gaib. Kata gaib berasal dari bahasa arab yang berarti sesuatu yang tersembunyi, tidak tampak, atau hal yang berada di luar jangkauan indera manusia. Tapi jauh sebelum datangnya islam yang memperkenalkan istilah gaib, di peradaban umat sebelumnya sudah mengenal seuatu yang mereka percaya akan adanya sesuatu yang di luar indra yang dipercaya memiliki kekuatan di luar kemampuan manusia. Peradaban yunani kuno misalnya, yang percaya dengan kekuatan dewa-dewa penguasa , di Mesir kuno juga mempercayai adanya kekuatan sihir dll.
Setidaknya, sedikit poin utama dalam hal ini adalah bahwa kepercayaan akan sesuatu yang gaib bukanlah berasal dari doktrin agama belaka karena jauh sebelum agama datang, peradaban umat manusia sudah mengenal hal gaib meski dengan sebutan dan keyakinan yang berbeda-beda. Justru dengan datangnya agama samawi itu untuk memberikan batasan, atau beberapa ketentuan mengenai hal gaib. Contohnya dalam agama islam yang mengenalkan sosok malaikat, jin, alam akhirat, dan sebagainya. Membatasi dalam hal ini berarti bahwa membedakan antara yang gaib dengan yang bukan. Mana yang real sesuatu yang gaib dan mana yang hanya buatan manusia atas dasar ketidaktahuan atau melebih-lebihkan dengan maksud mengambil keuntungan di beberapa kondisi tertentu. Agama juga datang dengan memberi ketentuan-ketentuan dalam menyikapinya. Percaya akan keberadaan malaikat misalnya, atau surga dan neraka, atau bahkan keberadaan setan yang akan menjadi titik bahasan kedepannya.
Kita akan sedikit mundur sekitar abad 14 sampai 17 M, yang saat itu terjadi perubahan signifikan di benua Eropa. Pergerakan yang membawa peradaban Eropa yang sebelumnya tertidur dan terbelenggu pada dogma-dogma ajaran yang mengikat, menuju kepada kebangkitan pemikiran yang super modern seperti yang kita lihat saat ini. Mereka sudah terlalu capek dibodoh-bodohi dengan ajaran-ajaran buatan manusia yang dicanangkan oleh pemegang kekuasaan tertinggi saat itu, yakni gereja. Masa ini disebut masa Renaissance. Di mana asas ilmu pengetahuan benar-benar didasari pada sumber penelitian ilmiah yang teruji dan lebih kritis , bukan hanya dengan doktrin semata. Di masa inilah muncul beberapa tokoh-tokoh pemikir besar yang lebih mengedepankan nalar dan rasional berpikir. Seperti Leonardo da Vinci dan Galileo Galilei.
Hal ini yang nantinya berdampak pada kepercayaan sebelumnya mengenai hal-hal gaib. Penulis akan sedikit mengerucutkannya dalam suatu hal yang kadang kita sebut makhluk halus. Menurut kaum rasional, melalui beberapa penelitian ilmiah, pristiwa mistis yang terjadi selama ini, hanya doktrin agama yang sebenarnya bisa dijelaskan dalam ranah sains, yang dengan mengetahui sebab dari sesuatu itu maka kita lebih bisa merespon sesuatu tersebut dengan cara yang lebih tepat dan masuk akal.
Melihat penampakan hantu misalnya. Selama ini kita sering mendengar dari pengalaman beberapa orang yang mengaku pernah melihat hantu dengan mata kepalanya sendiri. Dan ini terjadi bukan hanya pada satu orang melainkan banyak. Hingga kasus ini dan beberapa kasus lainnya seperti kesurupan dan ketindihan menjadi dalih kuat keberadaan hantu. Bisakah sains menjelaskan hal ini?
Cania citta, seorang pemudi intelektual, dalam chanel Malaka, menjelaskan dalam kasus yang sama, yakni melihat penampakan dan bagaimana sains merespons hal ini. Menurutnya kasus penampakan, melihat sosok hantu atau mendengar bisikan-bisikan aneh merupakan gangguan psikis yang disebut skizofrenia.
Nah apa itu skizofrenia? dr. Renate dalam chanel alodokter menjelaskan bahwa “skizofrenia adalah salah satu gangguan mental kronis yang bisa mempengaruhi pola pikir, persepsi, tingkah laku, emosi dan kemampuan berkomunikasi penderitanya. Gejala skizofrenia positif diantaranya adalah halusinasi. “Jadi halusinasi ini merupakan perasaan saat seseorang mengalami sesuatu yang sebenarnya enggak nyata. Misalnya nih kayak mendengar bisikan-bisikan tertentu atau melihat sesuatu yang sebenarnya nggak ada. Biasanya sih pada penderita skizofrenia, halusinasi pendengaran merupakan bentuk halusinasi yang paling sering terjadi,” ungkapnya.
Kasus lainnya adalah ketindihan, yang dalam istilah medis disebut sleep paraylysis. Dikutip dari laman resmi alodokter.com, sleep paralysis adalah kondisi ketika seseorang merasa tidak bisa bergerak atau berbicara saat bangun tidur atau ketika akan tidur. Jadi ketika kita berada di siklus tidur, tubuh akan menjadi lemas. Otak sengaja melumpuhkan anggota tubuh supaya bisa merepair atau memperbaiki fungsi organ yang lain. dr. Zicky yombana, seorang spesialis saraf menambahkan, ada beberapa kondisi saat kita tidur, ketika otak sudah di fase bangun tapi badan masih belum kuat, akhirnya kita terbangun tapi gak bisa gerak. Nah karena memang masih masa peralihan tidur dan bangun, disini sering muncul halusinasi maka kebanyakan orang akan mengalami halusinasi, dan ini akan muncul berdasarkan budaya setempat.
Terus bagaimana dalam pandangan agamawan? Setan atau istilah gaib lainnya juga sangat kental dalam pemahaman agamawan. Lebih seringnya digambarkan sebagai musuh umat manusia dalam mengabdi dan menyembah kepada tuhan. Setan akan terus menggoda dan menjauhkan hubungan manusia dari tuhannya. Manusia yang selamat dari rayuan setan akan menjadi dekat kepada tuhannya. Pun sebaliknya, yang mendengarkan rayuannya hingga jatuh ke dalam perangkapnya akan jauh dari petunjuk tuhan.
Prof. M. Quraish Shihab dalam bukunya yang
berjudul ‘setan dalam Al Qur’an’ menyebutkan bahwa manusia Barat biasanya hanya
mengandalkan nalar. Rasio adalah mahkota dan kodrat manusia, dan alam adalah benda
mati yang harus ditaklukkan serta dikuras. Begitu pandangan banyak di antara
manusia Barat. Adapun manusia Timur, mereka mengandalkan intuisi dan memandang
alam memiliki jiwa yang dalam banyak hal, membutuhkan persahabatan. Makhluk
halus adalah sebagian dari jiwa itu. Makhluk halus itu berwujud dan
berkepribadian. Demikian yang banyak didengar sebagai pandangan manusia Timur.
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang diciptakan dengan anugrah akal. Kendati demikian, mau sekuat apapun usaha manusia dalam menggunakan akalnya, itu akan tetap terbatas. Sehingga manusia tidak bisa menjadikan akal sebagai tuhan dalam arti hanya mengamini sesuatu dari apa yang diamini oleh akalnya saja. Banyak hal yang berada diluar jangkauan akal. Contohnya misalnya sesorang yang mengklaim ketiadaan sesuatu yang tidak berwujud, dan hanya menganggap sesuatu itu ada ketika mampu melihatnya atau memahaminya dengan indera atas dasar kerasionalan.
Semakin kuat mereka meyakini hal ini menggunakan akal semakin runtuh pula klaim ini. Dia bepegang pada akalnya atas dasar rasional padahal sebenarnya akal itu sendiri merupakan sesuatu di luar jangkauan manusia. Karna keberadaan akal merupakan sesuatu yang diyakini adanya tapi eksistensi wujudnya tidak ada yang tau. Contoh lain ketika manusia mengalami kematian. Apa yang menyebabkan mayyit tersebut kehilangan energi yang tadinya mampu menggerakkan tangannya atau anggota tubuhnya yang lain sebelum kematiannya. Agamawan menyebutnya sebagai ruh. Ketika ruh meninggalkan jasad maka tersisalah jasad yang nampak oleh mata kita sebagai mayat. Ruh tidak bisa dijelaskan eksistensi wujud dan tempatnya, tapi keberadaannya ditiap manusia menunjukkan bahwa ruh itu ada.
Manusia barat dengan rasional akalnya dan manusia timur yang cenderung menggunakan intuisinya, memunculkan perbedaan-perbedaan besar dalam pola pikir berkehidupan. Perbedaan mendasar inilah yang menyebabkan penanganan kasus yang bersinggungan dengan hal gaib menjadi berbeda-beda. Kaum yang kontra akan lebih membawa solusinya kepada penanganan intensif seperti terapi psikologi, obat-obatan dan pemeriksaan rutin pada si penderita. Dan kaum yang mempercayai adanya hal gaib lebih condong membawanya kepada tuntunan agama, bersumber kepada wahyu ilahi yang diajarkan nabinya. Dalam agama islam sendiri kerap disebut rukyah, atau pengobatan syar’i.
Dalam agama islam sendiri keberadaan setan adalah satu hal yang diamini adanya. Setan yang termasuk hal gaib merupakan satu kabar yang disampaikan oleh nabi Muhammad SAW di beberapa sabdanya ( perkataannya ). Seperti misalnya nabi memerintahkan kepada umatnya untuk berdoa ketika hendak masuk toilet agar terhindar dari gangguan setan laki-laki dan perempaun. Allāhumma innī a‘ūżu bika minal khubuṣi wal khabā’iṣi. Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari godaan setan laki-laki dan setan perempuan”. Juga di beberapa ayat al quran, seperti di surah al a’raf ayat 200 yang artinya “ jika setan benar-benar menggodamu dengan halus, berlindunglah kepada allah. Sesungguhnya dia maha mendengar lagi maha mengetahui”. dan di surah an nahl ayat 98 yang artinya “apabila engkau hendak membaca al quran, mohonlah pelindungan kepada allah dari setan yang terkutuk”.
Cukupkah dengan hal ini menunjukkan bahwa setan itu ada? Untuk menguji kebenaran klaim ini bagi umat Islam pada dasarnya cukup dengan memandang kepada siapa yang mengabarkannya. Keberadaan adanya setan dan hal gaib ini dikabarkan oleh seorang yang mengaku nabi atau pembawa risalah dari tuhan. Apa yang hendak allah sampaikan kepada umat manusia seluruhnya itu dijembatani oleh seorang nabi, dalam hal ini nabi muhammad SAW. Maka ketika terbukti bahwa muhammad adalah utusan tuhan dan pembawa risalahnya maka apa yang keluar dari lisan nabi muhammad adalah sebuah kebenaran yang harus diamini. Termasuk pengabarannya mengenai hal yang gaib dan sesuatu yang berada diluar jangkauan manusia.
Jadi
kasus penampakan atau kerasukan atau kasus gaib lainnya, menurut agamawan itu
adalah real gangguan setan. Setan sendiri adalah bagian dari kelompok jin yang
membangkan terhadap perintah allah. Dan tak henti-hentinya mengganggu umat
manusia agar jauh dari petunjuk tuhan. Adapun yang mengaku mampu melihat setan,
maka yang sebenarnya dilihatnya adalah bentuk penyamarannya. Dalam surat al A’raf : 27, Allah Swt. Berfirman, “
Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang
kamu tidak bisa melihat mereka”. dapat dipahami dari ayat ini bahwa manusia
tidak mungkin dapat melihat jin, kecuali pada bentuk penyamarannya.
Posting Komentar