BREAKING NEWS

Minggu, 26 Oktober 2025

Akulturasi Islam dengan Budaya di Indonesia

 

 Oleh: Muh. Rifky Rustan

Rasulullah Saw. merupakan salah satu utusan Allah Swt. yang di berikan amanah untuk mengajak manusia kepada jalan yang benar, dengan cara yang lembut dan penuh kasih sayang. Di samping amanah yang diembannya, Rasulullah Saw. memang telah memiliki budi pekerti yang mulia, bahkan kaumnnya sendiri memberinya gelar Al-Amin (yang terpercaya). Akhlak Rasulullah Saw. pun menjadi salah satu pendukung yang membuat dakwahnya mudah diterima oleh masyarakat setempat.

Para sahabat juga bersemangat mengikuti dakwah Rasulullah Saw. sebab beliau tidak hanya berdakwah melalui lisan, tapi juga dengan tindakan yang selaras dengan lisannya. Kemudian apa yang dilihat oleh para sahabat menjadikan alasan mereka bersemangat untuk menyebarkan Islam diseluruh penjuru dunia, berangkat dari hal itu para tabi'in, ulama-ulama, serta para pendakwah Islam mulai berangkat dari wilayah timur menuju ke Nusantara dan penjuru dunia dengan misi memperkenalkan Islam.

Di Indonesia sendiri, keberagaman budaya, tradisi, serta suku telah masyhur dalam kehidupan masyarakat. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pendakwah Islam di Indonesia. Akan tetapi, tantangan tersebut tidak menggoyahkan semangat mereka untuk tetap berdakwah. Sebab mereka melihat sendiri bagaimana Rasulullah Saw. dan para sahabat menyampaikan dakwahnya dengan menggunakan pendekatan kepada budaya, tradisi, serta keseharian masyarakat Arab di zaman itu.

Mengenai hal ini, para ahli sejarah dan arkeolog memiliki pandangan yang berbeda-beda akan jalur masuknya Islam di Indonesia. Diantaranya teori gujarat, teori makkah/arabiah, teori persia dan teori tiongkok. akan tetapi, salah satu pendapat yang cukup kuat yakni teori Makkah/arabiah yang mengatakan bahwa Masuknya Islam di Indonesia melalui para jemaah haji dan peziarah yang melewati jalur maritim pada abad pertama atau abad ke-7.

Dalam teori Makkah disebutkan bahwa kedatangan Islam di Indonesia dibawa oleh orang-orang Arab. Kedatangan mereka tidak hanya dilandasi oleh alasan ekonomi semata, akan tetapi juga didorong oleh semangat untuk menyebarkan Islam. Hal ini pun didukung oleh beberapa bukti sejarah oleh sejumlah sejarawan muslim di Indonesia, salah satunya Hamka.

Diantaranya adalah berita dari Tiongkok yang menyebutkan pada abad ke-7 terdapat orang Arab yang menjadi pemimpin di permukiman Arab yang terletak di pesisir barat Sumatra. Mereka melakukan perkawinan dengan masyarakat setempat kemudian membentuk komunitas muslim.

Adapun tersebarnya Islam di Indonesia dengan berbagai macam media yang telah digunakan oleh para ulama-ulama terdahulu. Hal ini sebagai sarana mempermudah penerimaan masyarakat terhadap dakwah yang mereka sampaikan. Diantara media yang digunakan dalam berdakwah adalah media politik, perdagangan, perkawinan, kesenian dan lain sebagainya.

Tertulis di dalam buku Sejarah Masyarakat Islam Indonesia karya Sarkawi B. Husain, Ada beberapa media yang digunakan dalam penyebaran Islam. Diantaranya perdagangan, pendidikan, dan kesenian. Dari beberapa media yang digunakan ulama dalam menyebarkan dakwahnya, kesenian menjadi salah satu alasan mengapa Islam menjadi agama yang mudah diterima oleh masyarakat Indonesia.

Media dakwah melalui kesenian misalnya. kesenian menjadi salah satu jawaban bagi para pendakwah di Indonesia untuk mempermudah penerimaan masyarakat terhadap dakwah mereka. Sebab ragam budaya, suku, serta adat di Indonesia menjadi tantangan tersendiri bagi para ulama  dalam proses penyebaran Islam.

Metode dakwah melalui kesenian yang mengutamakan pendekatan persuasif dengan mengintegrasikan ajaran Islam ke dalam budaya lokal. Hal ini bukanlah semata-mata metode dakwah asal-asalan yang dibawa oleh para ulama, tetapi cara ini merujuk pada salah satu cara yang digunakan para sahabat dalam melakukan metode dakwah dengan pendekatan melalui budaya lokal juga.

 Dalam contoh kasus, sahabat yang diberi gelar Sya'irun Nabi misalnya. Mereka adalah Hasan bin Tsabit, Abdullah bin Rawahah, dan Ka'ab bin Malik. Para Sya'irun Nabi tersebut berdakwah kepada masyarakat lokal dengan melakukan pendekatan melalui syair-syair Islami. Syair yang disampaikan menunjukkan pembelaan terhadap Nabi. Hal ini guna sebagai pembelaan kepada Nabi dari serangan musuh, menyalakan api perjuangan Islam, serta untuk melawan serangan verbal dari penyair-penyair kafir yang memiliki tujuan melemahkan semangat kaum muslimin.

Hal ini kemudian menjadi rujukan para ulama. Diantara para ulama yang menggunakan metode tersebut dan masyhur di Indonesia adalah Walisongo. Pendekatan yang dilakukan oleh Walisongo saat itu melahirkan pendekatan kultural terhadap masyarakat lokal yang berdampak pada stigma Masyarakat, bahwa Islam tidak hadir untuk menghilangkan budaya, melainkan kehadirannya merupakan bukti nyata kasih sayang agama terhadap budaya dan tradisi.

Banyak contoh dari Walisongo yang berdakwah melalui kesenian, seperti halnya adalah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga berusaha mengulturasikan budaya-budaya seperti wayang, tembang, gending dan gamelan sebagai media dalam berdakwah. Sebab budaya itu cukup banyak digemari oleh Masyarakat waktu itu, Sehingga hal itu menjadi sebab dakwah Sunan kalijaga mudah diterima masyarakat.

Selain itu, sejarah juga mencatat bahwa terdapat beberapa karya-karya dari Sunan Bonang. Diantaranya mencakup syair-syair Islam yang berisi pesan tauhid untuk menyembah dan mengesakan Allah Swt. seperti halnya gamelan misalnya, yang pukulannya diiringi oleh kalimat Syahadatain yang kemudian dikenal dengan nama sekaten. Begitupun juga pendekatan berbeda yang dilakukan oleh Sunan Muria, yakni dengan menciptakan lagu-lagu Jawa seperti halnya macopat, kinanti, dan sinom serta masih banyak lagi contoh ulama-ulama yang berdakwah melalui media kesenian.

Hal ini merupakan suatu metode yang patut kita syukuri. Karena metode yang digunakan para Walisongo merupakan satu langkah yang sangat tepat dalam berdakwah di tengah masyarakat Indonesia. Melihat dakwah yang dipakai oleh Walisongo saat itu sangat mudah diterima oleh masyarakat sehingga menjadi salah satu alasan Islam dapat kita rasakan dan nikmati sampai saat ini, Lalu Mengapa dikatakan metode para Walisongo mudah diterima oleh masyarakat?

Ada beberapa faktor yang mendukung dakwah mereka, diantaranya adat budaya yang sangat mudah diterima oleh masyarakat pada saat itu. Adat budaya dengan masyarakat merupakan hal yang sangat dekat dan melekat pada masyarakat Indonesia. Pada saat itu, penggunakan adat budaya sebagai landasan kehidupan sehari-hari masih sangat kental, sehingga proses mengislamkan budaya merupakan hal yang sangat penting dalam penyebaran agama Islam itu sendiri.

Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam budaya Nusantara, maka ajaran Islam dapat disampaikan dengan cara yang lebih relevan dan mudah diakses melalui budaya. Tidak hanya itu, dakwah melalui media kesenian juga mampu menjaga keberlangsungan tradisi Islam yang sejak dahulu erat kaitannya dengan budaya. Diantara media kesenian itu adalah Khat Kaligrafi, syair, nasyid, hingga teater dakwah merupakan warisan yang terus dapat berkembang dengan sentuhan modern agar tetap diminati oleh masyarakat.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas menunjukkan bahwa kesenian tidak hanya relevan, tetapi juga dapat menjadi sarana yang sangat efektif dan strategis untuk menanamkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan modern. Juga di era digital ini, kesenian menjadi media yang sangat strategis untuk berdakwah sebab dapat dengan cepat disebarkan melalui berbagai platform sosial seperti YouTube, TikTok dan Instagram.

Semua pemaparan diatas menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang penyebarannya dapat dilakukan melalui akulturasi budaya. Hal ini meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap dakwah yang dilakukan oleh para ulama-ulama, sehingga masyarakat dapat lebih mudah menerima melalui pendekatan persuasif dengan mengintegrasikan ajaran Islam ke dalam budaya lokal.

Hal ini merupakan salah satu metode yang sangat tepat digunakan oleh ulama-ulama terdahulu. Sebab keragaman budaya dimasyarakat menyebabkan metode yang digunakan para ulama pun berbeda-beda, sehingga masyarakat dapat menerima hal baru yang disampaikan kepadanya. Maka menyelaraskan dengan budaya lokal merupakan salah bentuk peningkatan yang dialami oleh dunia dakwah Islam, serta dapat mempermudah juga bagi generasi-generasi pendakwah selanjutnya yang juga ingin berjuang dalam menyebarkan ajaran Islam di seluruh dunia.

 

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 Addariah. Designed by OddThemes