Oleh:
Suaebah Abdul Kadir, Lc., M.Hum.
Dalam sebuah keluarga, pasti ada yang namanya ayah dan ibu. Ibu
adalah sosok yang sangat berperan penting dalam kehidupan kita, beliau
mengandung kita selama sembilan bulan lamanya dengan bersusah payah, kemudian
berjuang melahirkan kita hingga menjadi putra-putri yang tampan dan cantik
jelita, saleh dan salehah. Kesuksesan seseorang tidak akan pernah lepas dari
sosok ibu. Inilah mengapa kedudukan seorang ibu sangat mulia. Bahkan Nabi SAW
sendiri menyebutkan kedudukannya tiga kali lipat dibanding ayah. Di antara
kemuliaan seorang ibu yang diberikan oleh Allah SWT yaitu; apabila seorang
perempuan mengandung, maka para malaikat memohonkan ampun untuknya. Allah
mencatat baginya setiap hari seribu kebaikan dan menghapus darinya seribu
kejahatan. Apabila seorang wanita menyapu rumahnya sambil berzikir, Allah akan
memberikan kepadanya pahala seperti menyapu halaman di sekitar Kakbah. Dan
masih banyak lagi kemuliaan seorang ibu yang Allah SWT janjikan. Jadi tidaklah
heran jika kemudian muncul istilah hari ibu.
Ketika momen perayaan hari ibu tiba, berbagai status tentang
ibu bermunculan di berbagai lini masa media sosial seperti facebook, instagram,
twitter dan lain sebagainya, sebagai ungkapan rasa cinta untuk sang ibu. Tapi
tak jarang pula kita dapati sindiran atau bahkan nyinyiran dari penggiat sosial
media itu sendiri, yang isinya kurang lebih seperti ini "gak usah
sok-sok update status hari ibu, bantu cuci piring aja gak mau". Atau
"seharusnya ucapin rasa cinta ke ibu itu tap hari, bukan pada saat
perayaan saja". Merayakan hari ibu lewat status sebenarnya tak ada
masalah, tapi tau tidak sih kalian sejarah awal mula dicetuskannya hari ibu?
Ini poin penting yang perlu kita garisbawahi sebagai seorang perempuan, yaitu
pengetahuan tentang sejarah hari ibu sebelum update status tentang hari ibu.
Hari ibu di Indonesia sendiri dirayakan pada tanggal 22
Desember. Awal mula tercetusnya, yaitu ketika perkumpulan wanita Indonesia
mengadakan kongres di Yogyakarta yang dilaksanakan selama tiga hari sejak
tanggal 22-25 Desember 1928 bertempat di gedung Mandalasakti. Pertemuan ini
dihadiri oleh 30 organisasi perempuan yang berasal dari Jawa dan Sumatera yang
kemudian melahirkan kongres perempuan yang dikenal dengan KOWANI (Kongres
Wanita Indonesia).
Adapun agenda utama yang dibahas saat itu ialah mengenai
persatuan perempuan Nusantara, peranan perempuan dalam perjungan kemerdekaan,
peranan perempuan dalam segala aspek pembangunan bangsa, dan perbaikan gizi
serta kesehatan bagi ibu dan balita. Dibahas pula tentang pernikahan usia dini
bagi perempuan. Penetapan hari ibu baru dipumskan pada kongres perempuan
Indonesia III pada tahun 1938 melalui dekrit presiden no. 316 tahun 1953, dan
ditetapkan sebagai hari ibu dan dirayakan secara nasional hingga saat ini.
Di Mesir, hari ibu jatuh pada tanggal 21 Maret, sekitar
sebulan yang lalu han ibu dirayakan di sini. Dicetuskannya tanggal tersebut
sebagai hari ibu bermula dari seorang jurnalis bernama Mustafa Amin dan
saudaranya, Ali (pendiri surat kabar harian Akhbar Elyoum). Sebenarnya,
sejak beberapa ribu tahun yang lalu hari ibu sudah ada namun dilupakan hingga
akhimya kedua saudara ini berinisiatif untuk mengadakan hari ibu kembali. Hal
itu dikarenakan mereka menerima banyak surat dari beberapa ibu yang ditinggal
pergi suaminya dan membesarkan anaknya seorang diri. Amin menulis beberapa
nasihat dalam bukunya untuk kembali merayakan hari ibu sebagai penghormatan
kepada para ibu atas jasa mereka. Beliau menulis pula dalam Korannya, "kenapa
kita tidak setuju satu hari dalam setahun disebut hari ibu sehingga anak dapat
memberikan hadiah buat ibunya atau mengirim surat ucapan terima kasih buat
mereka." Awalnya tak ada yang menghiraukan, hingga pada tahun 1956 wacana
tersebut mulai diperhatikan hingga akhirnya disetujui bahwa pada tanggal 21
Maret ditetapkan sebagai ‘hari ibu’ di era presiden Mesir Jamal Abdul Naser.
Hari ibu menurut penulis sendiri merupakan sebuah refleksi
akan perjuangan para ibu yang menuntut hak-hak mereka. Sebagai seorang ibu saya
merasa bahagia ketika hari ibu itu tiba. Ada banyak sekali kebahagiaan, salah
satunya kita dapat menemukan banyak sekali diskonan di hari itu, ibu mana sih
yang tak suka diskonan? Hihihi. Terus anak-anak di sekolah Mesir juga
membagikan cinta mereka di hari ibu melalui bunga dan sepucuk surat dan itu
saya rasakan tanggal 21 kemarin. Jadi, ibu kita sebenarnya tidak meminta banyak
dari kita, cukup ungkapkan rasa sayang kita kepada mereka entah bagaimanapun
caranya. So, untuk kalian yang masih punya ibu sudahkah kalian mengungkapkan
cinta kalian kepada mereka? Paling tidak dengan memberi kabar atau menanyakan
kabar. From mother we love you!
“Ibu, Kaulah wanita yang mulia derajatmu tiga tingkat
dibanding ayah.” Ibu Sejati; Nasida Ria
ADDARIAH EDISI 57, 20 APRIL 2019
Posting Komentar