BREAKING NEWS

Jumat, 22 Juli 2022

Refleksi Hari Ibu

 

Oleh: Suaebah Abdul Kadir, Lc., M.Hum.

 

Dalam sebuah keluarga, pasti ada yang namanya ayah dan ibu. Ibu adalah sosok yang sangat berperan penting dalam kehidupan kita, beliau mengandung kita selama sembilan bulan lamanya dengan bersusah payah, kemudian berjuang melahirkan kita hingga menjadi putra-putri yang tampan dan cantik jelita, saleh dan salehah. Kesuksesan seseorang tidak akan pernah lepas dari sosok ibu. Inilah mengapa kedudukan seorang ibu sangat mulia. Bahkan Nabi SAW sendiri menyebutkan kedudukannya tiga kali lipat dibanding ayah. Di antara kemuliaan seorang ibu yang diberikan oleh Allah SWT yaitu; apabila seorang perempuan mengandung, maka para malaikat memohonkan ampun untuknya. Allah mencatat baginya setiap hari seribu kebaikan dan menghapus darinya seribu kejahatan. Apabila seorang wanita menyapu rumahnya sambil berzikir, Allah akan memberikan kepadanya pahala seperti menyapu halaman di sekitar Kakbah. Dan masih banyak lagi kemuliaan seorang ibu yang Allah SWT janjikan. Jadi tidaklah heran jika kemudian muncul istilah hari ibu.

Ketika momen perayaan hari ibu tiba, berbagai status tentang ibu bermunculan di berbagai lini masa media sosial seperti facebook, instagram, twitter dan lain sebagainya, sebagai ungkapan rasa cinta untuk sang ibu. Tapi tak jarang pula kita dapati sindiran atau bahkan nyinyiran dari penggiat sosial media itu sendiri, yang isinya kurang lebih seperti ini "gak usah sok-sok update status hari ibu, bantu cuci piring aja gak mau". Atau "seharusnya ucapin rasa cinta ke ibu itu tap hari, bukan pada saat perayaan saja". Merayakan hari ibu lewat status sebenarnya tak ada masalah, tapi tau tidak sih kalian sejarah awal mula dicetuskannya hari ibu? Ini poin penting yang perlu kita garisbawahi sebagai seorang perempuan, yaitu pengetahuan tentang sejarah hari ibu sebelum update status tentang hari ibu.

Hari ibu di Indonesia sendiri dirayakan pada tanggal 22 Desember. Awal mula tercetusnya, yaitu ketika perkumpulan wanita Indonesia mengadakan kongres di Yogyakarta yang dilaksanakan selama tiga hari sejak tanggal 22-25 Desember 1928 bertempat di gedung Mandalasakti. Pertemuan ini dihadiri oleh 30 organisasi perempuan yang berasal dari Jawa dan Sumatera yang kemudian melahirkan kongres perempuan yang dikenal dengan KOWANI (Kongres Wanita Indonesia).

Adapun agenda utama yang dibahas saat itu ialah mengenai persatuan perempuan Nusantara, peranan perempuan dalam perjungan kemerdekaan, peranan perempuan dalam segala aspek pembangunan bangsa, dan perbaikan gizi serta kesehatan bagi ibu dan balita. Dibahas pula tentang pernikahan usia dini bagi perempuan. Penetapan hari ibu baru dipumskan pada kongres perempuan Indonesia III pada tahun 1938 melalui dekrit presiden no. 316 tahun 1953, dan ditetapkan sebagai hari ibu dan dirayakan secara nasional hingga saat ini.

Di Mesir, hari ibu jatuh pada tanggal 21 Maret, sekitar sebulan yang lalu han ibu dirayakan di sini. Dicetuskannya tanggal tersebut sebagai hari ibu bermula dari seorang jurnalis bernama Mustafa Amin dan saudaranya, Ali (pendiri surat kabar harian Akhbar Elyoum). Sebenarnya, sejak beberapa ribu tahun yang lalu hari ibu sudah ada namun dilupakan hingga akhimya kedua saudara ini berinisiatif untuk mengadakan hari ibu kembali. Hal itu dikarenakan mereka menerima banyak surat dari beberapa ibu yang ditinggal pergi suaminya dan membesarkan anaknya seorang diri. Amin menulis beberapa nasihat dalam bukunya untuk kembali merayakan hari ibu sebagai penghormatan kepada para ibu atas jasa mereka. Beliau menulis pula dalam Korannya, "kenapa kita tidak setuju satu hari dalam setahun disebut hari ibu sehingga anak dapat memberikan hadiah buat ibunya atau mengirim surat ucapan terima kasih buat mereka." Awalnya tak ada yang menghiraukan, hingga pada tahun 1956 wacana tersebut mulai diperhatikan hingga akhirnya disetujui bahwa pada tanggal 21 Maret ditetapkan sebagai ‘hari ibu’ di era presiden Mesir Jamal Abdul Naser.

Hari ibu menurut penulis sendiri merupakan sebuah refleksi akan perjuangan para ibu yang menuntut hak-hak mereka. Sebagai seorang ibu saya merasa bahagia ketika hari ibu itu tiba. Ada banyak sekali kebahagiaan, salah satunya kita dapat menemukan banyak sekali diskonan di hari itu, ibu mana sih yang tak suka diskonan? Hihihi. Terus anak-anak di sekolah Mesir juga membagikan cinta mereka di hari ibu melalui bunga dan sepucuk surat dan itu saya rasakan tanggal 21 kemarin. Jadi, ibu kita sebenarnya tidak meminta banyak dari kita, cukup ungkapkan rasa sayang kita kepada mereka entah bagaimanapun caranya. So, untuk kalian yang masih punya ibu sudahkah kalian mengungkapkan cinta kalian kepada mereka? Paling tidak dengan memberi kabar atau menanyakan kabar. From mother we love you!

“Ibu, Kaulah wanita yang mulia derajatmu tiga tingkat dibanding ayah.” Ibu Sejati; Nasida Ria

ADDARIAH EDISI 57, 20 APRIL 2019

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 Addariah. Designed by OddThemes