![]() |
Foto pemateri |
Kebahagiaan disebutkan Al-Quran dengan kata saadah, falah, surur, farih dan lainnya (Sofia & Endah Puspita Sari, 2018). Dalam leksikal Arab setidaknya ada empat kata yang hampir mendekati konsep kebahagiaan, yaitu said (bahagia), falah (beruntung), najat (selamat), dan najah (berhasil).
Berbicara mengenai kebahagiaan, ada beberapa faktor dan indikator yang mensyaratkan manusia untuk menggapai sebuah kebahagiaan, sebagaimana alquran sudah jelaskan, berupa iman dan takwa, tawakal, sabar, dan syukur.
Lantas bagaimana kita dapat memahami konsensus Al-Qur’an dan Filsafat Stoikisme ?
Konsensus sendiri adalah konsep yang bertujuan untuk menemukan kesepakatan yang disetujui bersama, baik kelompok maupun individu berdasarkan bukti-bukti ilmiah (Silalahi, 2008).
Berdasarkan penelusuran di berbagai literatur, diperoleh beberapa ajaran filsafat stoikisme yang memiliki kesamaan konsep dengan ajaran Al-Qur’an khususnya yang berhubungan dengan terma kebahagiaan hidup. Baik dari segi keselarasan antara amor fati dan syukur, antara qona’ah dan rasa cukup, sabar dan pengendalian emosi, sunnatullah dan hidup secara nature.
Pada dasarnya banyak kemiripan konsep antara Al-Qur’an dan filsafat stoikisme terkait hakikat kebahagiaan. Sebab, Al-Qur’an adalah petunjuk yang mendorong manusia untuk menggunakan akal sehatnya, terlihat pada kalimat afala tatafakkarun, afala ta’qilun, afala yatadabbarun, yang semua itu adalah jargon Al- Qur’an terkait betapa pentingnya penggunaan akal. Filsafat memprioritaskan akal sebagai metode dalam memperoleh kebenaran memiliki titik temu dengan Al- Qur’an yang mendorong pentingnya penggunaan akal (Azhar, 2018)
Untuk file makalahnya bisa diunduh di bawah ini: https://drive.google.com/file/d/18xCFfRGY6Iw_v87e5Ye5twijeL5TBx8u/view?usp=drivesdk
Posting Komentar