![]() |
Lambang IADI Mesir |
Oleh: H.
Halim Bahri, Lc., Dipl. (Penasehat IADI)
Menjadi yang terbaik kadang merupakan impian bagi setiap
orang termasuk juga bagi sebuah lembaga, perusahaan, organisasi, dan
sejenisnya. IADI Mesir contohnya. Ikatan Alumni Darud Da'wa Wal Irsyad Mesir
ini pernah mencapai puncak yang gemilang tatkala dinobatkan sebagai Almamater
terbaik dalam ajang wisuda sarjana pascasarjana & PPMI Award tahun 2013
silam yang diselenggarakan di Al-Azhar Convension Center (ACC), Nasr City-Kairo.
Saat itu segenap warga IADI Mesir tentunya merasa sangat
senang dan bangga karena almamaternya bukan hanya sanggup mengungguli setiap
almamater yang ada di bawah naungan Keluarga Kerukunan Sulawesi (KKS), namun
juga menaklukkan segenap almamater yang ada seantero masisir kala itu. Sungguh
merupakan sebuah prestasi yang membanggakan tentunya. Namun dibalik flashback
yang dirindukan ini, muncul sebuah pertanyaan yang mungkin berseliweran dalam
benak kita, masihkah IADI Mesir menyandang gelar itu saat in?
Sebelum menjawab itu mari kita sejenak melirik 'benang merah'
yang membedakan IADI Mesir 2013 silam dan sekarang. Tentu banyak kita temukan
perbedaan dalam hal ini, baik yang bersifat positif ataupun negatif. Salah satu
perbedaan yang sangat menonjol adalah jumlah warga IADI Mesir yang mengenyam
pendidikan Strata II (S2) dan Strata III (S3). Warga IADI Mesir yang mengenyam
pendidikan S2 & S3 saat itu lumayan 'membludak’, selain membludak mereka
pun terbilang ikut aktif dan turut andil dalam setiap kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan DP IADI saat itu, baik sebagai Penasehat ataupun sebagai Dewan
Konsultatif. Boleh dikata merekalah ‘gula’ yang menjadikan kegiatan-kegiatan IADI
terasa manis untuk terus dihadiri, meskipun warga IADI pada saat itu bermukim
di berbagai tempat yang saling berjauhan.
Berbeda halnya dengan kondisi saat ini, selain jumlah warga
IADI yang menempuh jenjang S2 dan S3 hanya tinggal segelner orang, harus diakui
kebanyakan dari mereka pun tak ambil bagian bahkan cenderung cuek terhadap kelangsungan
program kegiatan almamaternya sendiri. Inilah salah satu perbedaan negatif yang
dapat mengancam kontinuitas kemanfaatan IADI kedepannya. Di sisi lain, kita
mendapati perbedaan yang terbilang positif, dimana warga 'muda' IADI yang
merupakan Centre Point tujuan kemanfaatan IADI saat ini berjumlah lebih banyak
berkali-kali lipat ketimbang tahun 2013 silam. Hal ini merupakan potensi besar
yang dapat menutupi kekurangan sebelumnya jika diolah dan dimanfaatkan dengan
efektif dan efisien. Tinggal bagaimana Dewan Pengurus berinisiatif dan
mengambil manuver jitu dalam mencari pengganti ‘gula’ yang telah lama hilang
itu, dengan mendapatkan ‘madu’ misalnya.
Maka dari itu, masihkah IADI sebagai almamater terbaik? Bagi
penulis pribadi menjadi yang terbaik mungkinlah impian setiap orang, namun
bukan berarti seseorang diciptakan hanya untuk menjadi yang terbaik dari yang
lain. Begitupula almamater IADI kita yang tercinta. IADI Mesir didirikan oleh
para pendahulu kita tentu tujuannya bukan hanya untuk menjadi yang terbaik dari
almamater-almamater lain. Karena jikalau seperti itu pastilah IADI sudah bubar
enam tahun silam. IADI Mesir didirikan sebagai wadah silaturahmi dan juga
sarana pengembangan diri dan pengetahuan bagi para alumni DDI di Indonesia yang
mengenyam pendidikan di Mesir. Bahkan IADI Mesir pun ikut merangkul dan membuka
tangan selebar-lebarnya bagi siapa saja yang berminat untuk ikut serta dalam
kemanfaatan yang ditebarkan IADI, terutama dalam tiga program unggulannya yang
telah rutin diselenggarakan selama bertahun-tahun, yakni Nadwah Tafsunyyah,
Nadwah Lughawiyyah, dan Nadwah 'Ilmiyyah. Tiga pilar utama inilah yang
menjadikan IADI Mesir tetap sebagai almamater terbaik bagi siapa saja yang
mengelolah dan memanfaatkannya dengan baik.
Olehnya, penilaian bahwa sesuatu itu baik atau yang terbaik
itu relatif. Namun ingatkah kita akan petuah Baginda Rasulullah Saw:
"Sebaik-baik dari kalian adalah yang paling banyak menebarkan manfaat”.
Dan apakah IADI Mesir dan warganya mampu menebarkan manfaat itu? Mari kita liat
sendiri!
ADDARIAH EDISI 57, 20 APRIL 2019
Posting Komentar