![]() |
Masjid Al-Azhar |
Oleh: Ahmad
Faizal Rifai R (Dep. Pendidikan IADI 2016-2017)
Al-Azhar merupakan institut pendidikan berbasis islam yang
diawali dengan berdirinya masjid al-Azhar di jantung kota Fatimiyah atau
sekarang dikenal dengan kota Kairo, masjid ini dibangun oleh Jauhar al-Shiqqili
pada tanggal 24 Jumadil Awwal 359 H/ 5 April 969 M. Pembangunannya memakan
waktu selama 2 tahun 3 bulan dan 18 hari, diresmikan pada hari jumat, 7
Ramadhan 361 H/23 Juni 971 M.
Hal ini menunjukkan bahwa al-Azhar telah berdiri selama 1050
tahun, tak heran bila banyaknya sumbangsih yang telah diberikan kepada dunia
Islam, baik itu dibidang keagamaan, keilmuan, serta perdamaian antar umat
beragama. Dalam rentang waktu itu pula al-Azhar telah melawati berbagai
pengembangan pada metode pendidikan maupun mata pelajaran yang diajarkan.
Pada mulanya al-Azhar masih berpegang pada sistem
pembelajaran klasik, yaitu duduk bersimpuh dihadapan para masyaikh atau yang
lebih dikenal dengan istilah (شيخ العمود) sitem ini berlangsung cukup lama mulai dari tahun 365 H/975 M.
Sampai ditetapkannya sistem pendidikan formal di al-Azhar dengan sistem
perkuliahan yang merupakan hasil dari peraturan undang-undang nomor 49 tahun
1930 M. Walaupun sebelumnya pemberian ijazah internasional kepada murid-murid
al-Azhar telah ada pada masa Syekh Muhammad Mahdi al-Abbasi tahun 1288H/1872M.
Dari segi mata pelajaran al-Azhar terus mengalami perkembangan
dari masa ke masa, di awal mulanya mata pelajaran yang diajarkan berupa materi
agama saja, belakangan barulah al-Azhar mengalami pengembangan di akhir abad
ke-19 M. berkat campur tangan pemerintah sehinga mata pelajaran umum dimasukkan
ke dalam kurikulum al-Azhar di masa kepemimpinan Syekh Muhammad Abduh pada
tahun 1314 H/1896 M. Lalu pada tahun 1326 H/1908 M. Diumumkanlah undang-undang
baru untuk memasukkan seluruh mata pelajaran umum yang ada di sekolah umum ke
dalam kurikulum al-Azhar kecuali bahasa asing, hal ini berlangsung sampai masa
Grand Syekh Mahmud Syaltut 1380 H/1960 M.
Selama seribu tahun lebih, al-Azhar telah dinahkodai 49 Grand
Syekh Azhar mulai dari Grand Syekh Muhammad Abdullah al-Khurasi hingga sekarang
dipimpin oleh Syekh Ahmad Thayyib. Saat ini al-Azhar telah mendirikan puluhan
institut pendidikan dan 6 rumah sakit berbasis pendidikan serta pengobatan yang
tersebar di berbagai provinsi Mesir.
Seiring dengan zaman yang terus berkembang Al-Azhar juga ikut
berkembang dengan berbagai peranannya tak hanya di dunia pendidikan dan
keislaman saja. Namun, al-Azhar juga ikut andil dalam bidang perdamaian nasional
maupun internasional, baik itu perdamaian antar agama maupun penanggulangan
doktrin terorisme sebagai salah satu contoh, diadakannya muktamar internasional
yang telah dilaksanakan oleh al-Azhar untuk menanggulangi ekstrimisme dan
terorisme pada hari rabu dan kamis 11-12 Safar 1436H/ 3-4 Desember 2014 di kota
Kairo tepatnya ACC (Al-Azhar Conferende Center) Madinet el-Nashr. Muktamar ini
dihadiri oleh ulama-ulamu besar dan para pemuka agama seperti Syekh Ahmad
Thayyib, Syekh Ahmad Ma’bad Abdul Karim, Syekh Muhammad Imarah dari kalangan
al-Azhar, Syekh Ridwan Sayyid dosen besar Universitas Beirut, Syekh Syarif
Ibrahim Shalih al-Huseini ketua badan fatwa Nigeria, Syekh Ahmad Tamim selaku
mufti Ukraina serta turut hadir para pembesar agama kristen serta penganut
agama lain.
Dalam kalimat pembukanya Syekh Ahmad Thayyib menegaskan bahwa
penyebab utama gerakan ini dipelopori oleh golongan yang memusuhi Islam, mereka
bertujuan untuk memajukan Israel serta menjadikannya sebagai negara berkuasa,
semua itu telah tergambar jelas dengan apa yang terjadi pada beberapa Negara
Arab seperti Irak dengan perang yang tiada henti hingga melemahnya ekonomi dan
pasukan militer, begitupun yang terjadi di Yaman, Suriah dan Libya.
Contoh lain dari peran al-Azhar dalam bidang perdamaian. Ikutnya
Syekh Ahmad Thayyib sebagai perwakilan al-Azhar pada muktamar-muktamar
internasional seperti muktamar "Forum Pemuda Menciptakan Kedamaian"
di London, Inggris. Muktamar "pembesar-pembesar agama" yang berlangsung
di istana ibu kota Kazakhtan. Muktamar "Pertemuan Aliansi Agama untuk
Keamanan Masyarakat” di Uni Emirat Arab dan beberapa muktamar besar lainnya.
Hal ini menunjukkan kemuliaan al-Azhar yang begitu besar
dengan kata lain al-Azhar tidak sekadar duduk bersimpuh di depan para ulama
akan tetapi al-Azhar merupakan amunisi bagi seluruh negara Islam dan juga dunia.
Yang sejak lama banyak dikunjungi oleh utusan dari berbagai negara baik dari
bumi bagian barat maupun timur, sebgaimana yang tercatat ditahun ajaran
2009-2010 ada 15.883 murid asing di al-Azhar yang terdaftar, mereka berasal
dari 46 negara Afrika, 44 negara Asia dan 25 negara dari Amerika dan Eropa,
mereka semua berkumpul dengan tujuan memahami agama atau dengan istilah (ليتفقهوا في الدين) lalu ketika kembali ke negara masing-masing membawakan pesan
perdamaian yang digaungkan al-Azhar, maka tak salah tatkala Dr. Rabi Abdul
Ghafir dalam khutbahnya menyampaikan “jika al-Azhar telah tiada maka apa yang
akan menjadi gantinya?"
ADDARIAH EDISI 57, 20 APRIL 2019
Posting Komentar